Perut di Tutup Plastik Bocah 9 tahun ini Menderita Karena Hidup Tidak Lepas Dengan Plastik
7:53 PMDi Mojokerto ada seorang anak kecil yang hidup keseharian tidak lepas dengan plastik, plastik yang di gunakan untuk menutup sakit yang berada di perutnya tersebut harus menempel terus. Karena lubang yang di perut membuat sakit jika tidak ditutup.
Namanya adalah Febrio Nur Alif Bocah berumur sembilan tahun dari kecamatan gedek dusun atau desa gembongan, kabupaten mojokerto. Kabarnya memang benar, itu semua karena saat dia berumur 1 tahun perutnya mau tidak mau harus dibedah karena tidak ada jalan keluar tinja atau fases untuk itulah perutnya sampai sekarang masih berlubang untuk jalan keluarnya tinja tersebut.
Sudah selama 8 tahun bocah ini selalu memakai plastik di perutnya, bahkan plastik itu sudah menjadi bagian hidupnya.
Seperti yang di lansir dari web tribunnews.com Emak Jayanti ibunya Febrio Nur Alif ini menjelaskan, " Dari Umur satu sampai tujuh bulan, kondisinya normal. Tapi waktu mulai merangkak, baru merasa ada yang aneh. Selalu nangis dan kotoran yang di keluarkan berupa darah hitam."
Alif juga mulai menjalani pengobatan di RSUD RA Basoeni Kabupaten Mojokerto, namun karena Keterbatasan Alat medis dan tenaga medis dari pihak rumah sakit akhirnya dirujuk ke RSUD dr Soetomo yang lebih lengkap peralatannya padahal rumah sakit tersebut berada di surabaya.
Pada saat itu Di RSUD Dr Soetomo alif di operasi lancar dan cukup untuk mengatasi perutnya. Akan tetapi tetap harus menjalani kontrol tiap bulannya.
Emik sang bunda mengalami kendala karena dana atau biaya pengobatannya yang terbatas sehingga ibunda mau tidak mau harus menghentikan Proses pengobatan di Rumah Sakit tiap bulannya.
Karena Plastik Kolostomi yang harganya mahal, untuk tetap menjaga kebersihan usus dan perutnya Bu Emik harus mengganti setiap hari dengan plastik biasa sebagai tempat usus alif.
Bu Emik Berkata, "Satu Kantong Kolostomi bag harganya Rp 70 ribu. Memang bisa bisa dipakai sampai tiga hari satu kali pakai. Namun tidak punya uang ya terpaksa pakai ini. Kalau pakai plasti sekali kotor bisa langsung di ganti. Dalam sehari bisa ganti sekitar 7 kali."
Setelah 2.5 tahun berjalan alif pun belum juga sembuh dan merasakan sakit kembali. Saat di periksa ternyata dokter menemukan batu di dalam saluran air kencingnya cukup besar sehingga mengalami penyumbatan. Dan akhirnya alif merasakan kembali dinginnya ruang operasi demi mengambil batu tersebut padahal alif belum genap umur 3 tahun.
Ibu emik yang semakin khawatir dengan keadaan alif yang tidak kunjung sembuh alif pun tidak bisa merasakan bangku sekolah pada umurnya, dan jika sekolah pun alif hanya di ejek teman seumurannya ya walau sesama anak kecil tetaplah hati alif sakit apalagi ibu emik. Kantong Plastik yang menutupi lubang di perut alif tersebut mengeluarkan bau kotoran dari usus , dan aroma nya pun tidak nyaman.
Setelah 9 tahun bu emik terpaksa menyekolahkannya karena demi pendidikannya dan pengetahuannya akan dunia ini bu emik bertekad untuk anak keduanya tersebut dengan memberikan pendidikan yang sama dengan anak lainya.
Walau hanya sekolah menulis dan membaca tapi emik merasa bersyukur karena dulunya alif sering sekali di ejek karena baunya yang tidak sedap karena kantong plastik diperutnya mengeluarkan bau dari ususnya.
Sekarang ibu emik pun hanya menunggu keajaiban dan menunggu bantuan dari para dermawan untuk pengobatan anaknya tersebut yang sudah lama sekali mengkhawatirkan. BPJS nya yang hanya mandiri pun nunggak dan akhirnya tidak bisa di pakai.
Sumber Tribunnews.com
Namanya adalah Febrio Nur Alif Bocah berumur sembilan tahun dari kecamatan gedek dusun atau desa gembongan, kabupaten mojokerto. Kabarnya memang benar, itu semua karena saat dia berumur 1 tahun perutnya mau tidak mau harus dibedah karena tidak ada jalan keluar tinja atau fases untuk itulah perutnya sampai sekarang masih berlubang untuk jalan keluarnya tinja tersebut.
Sudah selama 8 tahun bocah ini selalu memakai plastik di perutnya, bahkan plastik itu sudah menjadi bagian hidupnya.
Seperti yang di lansir dari web tribunnews.com Emak Jayanti ibunya Febrio Nur Alif ini menjelaskan, " Dari Umur satu sampai tujuh bulan, kondisinya normal. Tapi waktu mulai merangkak, baru merasa ada yang aneh. Selalu nangis dan kotoran yang di keluarkan berupa darah hitam."
Alif juga mulai menjalani pengobatan di RSUD RA Basoeni Kabupaten Mojokerto, namun karena Keterbatasan Alat medis dan tenaga medis dari pihak rumah sakit akhirnya dirujuk ke RSUD dr Soetomo yang lebih lengkap peralatannya padahal rumah sakit tersebut berada di surabaya.
Pada saat itu Di RSUD Dr Soetomo alif di operasi lancar dan cukup untuk mengatasi perutnya. Akan tetapi tetap harus menjalani kontrol tiap bulannya.
Emik sang bunda mengalami kendala karena dana atau biaya pengobatannya yang terbatas sehingga ibunda mau tidak mau harus menghentikan Proses pengobatan di Rumah Sakit tiap bulannya.
Karena Plastik Kolostomi yang harganya mahal, untuk tetap menjaga kebersihan usus dan perutnya Bu Emik harus mengganti setiap hari dengan plastik biasa sebagai tempat usus alif.
Bu Emik Berkata, "Satu Kantong Kolostomi bag harganya Rp 70 ribu. Memang bisa bisa dipakai sampai tiga hari satu kali pakai. Namun tidak punya uang ya terpaksa pakai ini. Kalau pakai plasti sekali kotor bisa langsung di ganti. Dalam sehari bisa ganti sekitar 7 kali."
Setelah 2.5 tahun berjalan alif pun belum juga sembuh dan merasakan sakit kembali. Saat di periksa ternyata dokter menemukan batu di dalam saluran air kencingnya cukup besar sehingga mengalami penyumbatan. Dan akhirnya alif merasakan kembali dinginnya ruang operasi demi mengambil batu tersebut padahal alif belum genap umur 3 tahun.
Ibu emik yang semakin khawatir dengan keadaan alif yang tidak kunjung sembuh alif pun tidak bisa merasakan bangku sekolah pada umurnya, dan jika sekolah pun alif hanya di ejek teman seumurannya ya walau sesama anak kecil tetaplah hati alif sakit apalagi ibu emik. Kantong Plastik yang menutupi lubang di perut alif tersebut mengeluarkan bau kotoran dari usus , dan aroma nya pun tidak nyaman.
Setelah 9 tahun bu emik terpaksa menyekolahkannya karena demi pendidikannya dan pengetahuannya akan dunia ini bu emik bertekad untuk anak keduanya tersebut dengan memberikan pendidikan yang sama dengan anak lainya.
Walau hanya sekolah menulis dan membaca tapi emik merasa bersyukur karena dulunya alif sering sekali di ejek karena baunya yang tidak sedap karena kantong plastik diperutnya mengeluarkan bau dari ususnya.
Sekarang ibu emik pun hanya menunggu keajaiban dan menunggu bantuan dari para dermawan untuk pengobatan anaknya tersebut yang sudah lama sekali mengkhawatirkan. BPJS nya yang hanya mandiri pun nunggak dan akhirnya tidak bisa di pakai.
Sumber Tribunnews.com
0 comments